Dzurriyah Laskar Hisbullah Usulkan Sejumlah Ulama NU Jadi Pahlawan Nasional

  • Bagikan
DCIM100GOPROG0010103.JPG

Jombang – Sedikitnya ada sembilan tokoh dari NU (Nahdalul Ulama) yang dinilai layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Para kiai tersebut mempertaruhkan jiwa raga saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Mereka berada di garis depan untuk mengusir penjajah yang berniat menguasai kembali Indonesia, yakni antara 1945 – 1949.

Pokok-pokok itulah yang mengemuka dalam Silaturahmi Dzuriyah Laskar Hizbullah yang digelar di Masjid Aisyah, Jl Cempaka Desa Mojongapit,Kecamatan/Kabupaten Jombangp, Jumat (19/11/2021). Selain dari Jombang sendiri, para keturuanan anggota Laskar Hizbullah ini juga datang dari Surabaya.

Yakni, Abdul Wahid Zain, yang merupakan cucu dari Ketua Umum PBNU periode pertama (1926-1928) Hasan Sagipodin (Hasan Gipo), kemudian Yusuf Husni, yang merupakan putra dari Kiai Syakir, anggota Laskar Hizbullah. Pada era revolusi fisik (1945 -1949), Kiai Syakir selalu mendamping KH Yusuf Hasyim atau Pak Ud, dari pesantren Tebuireng Jombang.

Hadir pula KH Hamid Bisri atau Gus Mamik, dari PPDU (Pondok Pesantren Darul Ulum) Rejoso Peterongan Jombang, KH Irfan Yusuf (Gus Irfan) dari Tebuireng, KH Mustain Hasan pengasuh Ponpes Darul Ulum Kepuhdoko, serta dzuriyah dari KH Munasir Ali Mojokerto.

Nama-nama sembilan tokoh dari NU (Nahdalul Ulama) itu diantaranya KH Hasan Gipo Ketua PBNU periode pertama tahun 1926, KH Achmad Sidiq Rais Aam PBNU, KH Ali Ma’sum Rais Aam PBNU, KH Munasir Ali Komandan Batalyon 39 Condromowo Mojokerto, KH Machrus Aly Pengasuh pesantren Lirboyo yang juga suryah PBNU, KH Abdul Hamid dari Pasuruan, KH Zubair Sarang Rembang, KH Bisri Syansuri pendiri Ponpes Denanyar, serta KH Abdullah Abas Buntet Cirebon.

Tuan rumah acara silaturahmi, H Maulana Syahiduzzaman menjelaskan, undangan yang hadir di Masjid Aisyah dari sejumlah pesantren di Jombang dan sekitarnya. Bahkan ada juga yang datang dari Mojokerto dan Surabaya. Dengan acara tersebut diharapkan spirit Laskar Hizbullah dan Resolusi Jihad tetap menjadi nafas dalam membangun bangsa.

“Ini sekaligus penegasan spirit Resolusi Jihad dalam Hari Santri. Sehingga kita tidak melupakan sejarah bahwa yang menggerakkan santri dalam perjuangan saat itu adalah Fatwa Resolusi Jihad yang dikumdangkan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asyari,” ujar Kaji Maman, panggilan akrab H Maulana Syahiduzzaman. wargajombang/Ony

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *